COSO
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission, atau disingkat COSO, adalah suatu
inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan utamanya
adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi
kejadian tersebut. COSO telah menyusun suatu definisi umum untuk pengendalian,
standar, dan kriteria internal yang dapat digunakan perusahaan untuk
menilai sistem pengendalian mereka.
COSO didanai, dan di sponsori oleh 5 asosiasi dan lembaga akuntansi profesional; American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), American Accounting Association (AAA), Financial Executives Institute (FEI), The Institute of Internal Auditors (IIA) dan The Institute of Management Accountants (IMA).
Komponen/unsur-unsur
pengendalian intern berdasarkan COSO


Komponen pengendalian intern menurut COSO adalah :
1.
Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai
etis, dan kompetensi dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya
operasi, cara manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab serta
mengorganisasikan dan mengembangkan orangnya, perhatian dan pengarahan yang
diberikan oleh board. Pada umumnya, aktivitas
pengendalian dibagi menjadi lima jenis
berikut ini:
1.
Pemisahan tugas
yang memadai.
2.
Otorisasi yang
sesuai atas transaksi dan aktivitas.
3.
Dokumen dan
catatan yang memadai.
4.
Pengendalain
fisik atas aktiva dan catatan.
5.
Pemeriksaan
kinerja secara independen
2.
Penaksiran risiko (risk assessment). Mekanisme yang ditetapkan untuk mengindentifikasi,
menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang berkaitan dengan berbagai
aktivitas di mana organisasi beroperasi.
3.
Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
yang ditetapkan oleh manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan dapat
tercapai.
4.
Informasi dan komunikasi (informasi and communication).Sistem informasi dan
komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, terdiri dari
metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, menganalisis, mangklasifikasi, mencatat, dan melaporkan
transaksi-transaksi entitas, dan juga kejadian-kejadian serta kondisi-kondisi
dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban
yang berhubungan. Sedangkan komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman
yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu berkenaan dengan
pengendalian internal atas laporan keuangan.
5.
Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu dipantau, proses
ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan
melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau
kombinasi dari keduanya. contoh prosedur monitoring sistem internal
kontrol yang dapat dilakukan misalnya:
1. Evaluasi dan pengujian kontrol (testing of controls) oleh
bagian internal audit secara berkala
2. Membuat program continuous monitoring dalam
sistem informasi
3. Melakukan pengawasan dan review atas kontrol yang
ada (misalnyareconciliation
review)
4. Evaluasi atas efektivitas “the tone at the top”
5. Diskusi antara komite audit dengan auditor
internal dan eksternal
6. Review quality assurance atas
departemen internal audit
Pengembangan
COSO Tahun 2004

Di tahun 2004, COSO mengeluarkan report ‘Enterprise Risk Management – Integrated Framework’, sebagai pengembangan COSO framework di atas. Dijelaskan ada 8 komponen dalam Enterprise Risk Management, yaitu:
- Lingkungan Internal (Internal Environment), Sangat menentukan warna dari sebuah organisasi dan memberi dasar bagi cara pandang terhadap risiko dari setiap orang dalam organisasi tersebut. Didalam lingkungan internal ini termasuk, filosofi manajemen risikodan risk appetite, nilai-nilai etika dan integritas, dan lingkungan dimana kesemuanya tersebut berjalan.
- Penentuan Tujuan (Objective Setting), tujuan perusahaan harus ada terlebih dahulusebelum manajemen dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berpotensi mempengaruhi dalam pencapaian tujuan tersebut. ERM memastikan bahwa manajemen memiliki sebuah proses untuk menetapkan tujuan dan tujuan tersebut terkait serta mendukung misi perusahaan dan konsisten dengan risk appetite-nya.
- Identifikasi Kejadian (Event Identification), Kejadian internal dan eksternal yang mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan harus diidentifikasi, dan dibedakan antara risiko dan peluang yang dapat terjadi. Peluang dikembalikan kepada proses penetapan strategi atau tujuan manajemen.
- Penilaian Risiko (Risiko Assessment), Risiko dianalisis dengan memperhitungkan kemungkinan terjadi (likelihood) dan dampaknya (impact), sebagai dasar bagi penentuan pengelolaan risiko.
- Respons Risiko (Risk Response), manajemen memilih respons risiko, menghindar, menerima, mengurangi, mengalihkan, dan mengembangkan suatu kegiatan agar risiko yang terjadi masih sesuai dengan toleransi dan risk appetite.
- Kegiatan Pengendalian (Control Activities), kebijakan serta prosedur yang ditetapkan dan diimplementasikan untuk membantu memastikan respons risiko berjalan dengan efektif.
- Informasi dan Komunikasi (Information and Communication), Informasi yang relevan diidentifikasi, ditangkap, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang memungkinkan setiap orang menjalankan tanggung jawabnya.
- Pengawasan (Monitoring), Keseluruhan proses ERM dimonitor dan modifikasi dilakukan apabila perlu. Pengawasan dilakukan secara melekat pada kegiatan manajemen yang berjalan terus-menerus, melalui evaluasi secara khusus, atau dengan keduanya.
Mengapa pengendalian intern perlu dipahami dan sangat penting bagi auditor?
COSO mengungkapkan konsep dimana semua orang dalam organisasi yaitu Manajemen, Dewan direksi, Komite Audit, dan Personel lainnya bertanggung jawab terhadap pengendalian internal, karena semua orang memiliki peran dalam pengendalian internal. Audit internal yaitu pengauditan yang dilakukan oleh auditor didalam perusahaan. Auditor internal ini bertanggung jawab utk menilai sistem yg dijalankan perusahaan dan memberi laporan kpd manajemen utk usulan perbaikan.
Auditor internal bertugas untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja
Fokus utama COSO dalam Pengendalian Intern
COSO menyatakan Pengendalian Internal merupakan partisipasi dari semua stakeholder (pemangku kepentingan) entitas yang meliputi seluruh/semua area atau fungsi dari bisnis entitas.
Evaluasi keefektifan Pengendalian Internal
Meskipun COSO menekankan Pengendalian Internal sebagai suatu “proses” namun keefektifan dari pelaksanaannya dinyatakan sebagai sebuah kondisi dalam suatu titik waktu tertentu. Jika defisiensi Pengendalian Internal telah dikoreksi/dibetulkan pada saat pelaporan, COSO menyetujui apabila laporan manajemen pada pihak luar menyatakan bahwa Pengendalian Internal telah berjalan efektif.
Bagaimana pelaporan masalah Pengendalian Internal
COSO menjelaskan bagaimana manajemen memperoleh dan mengolah informasi jika terjadi defisiensi Pengendalian Internal. COSO merekomendasikan kepada personil yang mengidentifikasi terjadinya defisiensi untuk segera melaporkannya kepada atasan langsungnya, namun jika informasinya sensitif maka perlu adanya jalur khusus penyampaian informasi.
Selain model COSO ada pula pengendalian internal model CoCo
Pengendalian model CoCo
The Canadian Institute of Chartered Accountants Criteria of Control Committee (CoCo) menyusun model pengedalian intern yang mirip dengan COSO tetapi mempunyai perbedaan. Perbedaannya terdapat pada CoCo memfokkuskan pada empat pertanyaan utama yakni:
1. Apakah perusahaan/institusi mempunyai tujuan yang benar ?
2. Apakah perusahaan tersebut mempunyai aktivitas pengendalian yang memadai?
3. Apakah perusahaan tersebut mempunyai kapabilitas, komitmen dan lingkungan yang tepat?
4. Apakah perusahaan tersebut melakukan monitoring, pembelajaran dan mengadaptasi?
CoCo mempunyai empat komponen untuk menjawab keempat pertanyaan tersebut yakni purpose, commitment, capability dan monitoring dan learning. Keempat komponen tersebut merupakan siklus yang sangat mudah dipahami. CoCo membangun landasan COSO dengan mengidentifikasi komponen-Komponen yang sama tetapi CoCo melebihi COSO dalam melihat apakah suatu organisasi mempunyai tujuan dan aktivitas pengendalian yang tepat. Juga, CoCo menekankan pada komitmen dan kapabilitas sebagai bagian yang penting dalam proses pembelajaran suatu organisasi untuk meyakinkan apakah lingkungan pengendalian mendukung perbaikan yang terus menerus dan pada saat yang saman mencegah risiko atas ketidaktercapaian tujuan organisasi. Seperti juga COSO, model CoCo dapat diaplikasikan pada bentuk organisasi apapun, pada setiap level tingkatan yang dapat memungkinkan adanya respon secara umum atas SPI menyeluruh. Kriteria yang digunakan dalam CoCo adalah sebagai berikut :
Purpose
1. Tujuan harus dinyatakan dan dikomunikasikan kepada seluruh stakeholder
2. Risiko signifikan baik dari dalam maupun luar organisasi yang terkait dengan pencapaian tujuan harus diidentifikasikan dengan nilai
3. Kebijakan yang didesain untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan pengelolaan risik harus dibuat, dikomunikasikan dan dipraktekan sehingga pegawai mengerti apa yang diharapkan dan kebebasan yang diperlukan untuk bertindak.
4. Perencanaan untuk menuntun pencapaian tujuan organisasi harus disusun dan dikomunikasikan.
5. Tujuan dan perencanaan terkait harus mencantumkan target dan indicator kinerja.
2. Risiko signifikan baik dari dalam maupun luar organisasi yang terkait dengan pencapaian tujuan harus diidentifikasikan dengan nilai
3. Kebijakan yang didesain untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan pengelolaan risik harus dibuat, dikomunikasikan dan dipraktekan sehingga pegawai mengerti apa yang diharapkan dan kebebasan yang diperlukan untuk bertindak.
4. Perencanaan untuk menuntun pencapaian tujuan organisasi harus disusun dan dikomunikasikan.
5. Tujuan dan perencanaan terkait harus mencantumkan target dan indicator kinerja.
Commitmen
1. Nilai-nilai etika termasuk integritas harus dibuat secara formal, dikomukasikan kepada seluruh stakeholder dalam organisasi.
2. Kebijakan dan praktek managemen SDM harus konsisten dengan etika dan nilai-nilai dan pencapaian tujuan.
3. Wewenang, tanggungjawab dan tanggungjelasan harus secara jelas didefinisikan dan konsisten dengan tujuan oerganiasi sehingga keputusan-keputusan dan pelaku-pelaku diperagakan dengan benar oleh pegawai.
4. Atmosfir kepercayaan yang tinggi harus dipelihara dan didukung oleh informasi yang mengalir antara pegawai dan kinerja mereka dalam mendukung pencapaian tujuan oeganisasi.
1. Nilai-nilai etika termasuk integritas harus dibuat secara formal, dikomukasikan kepada seluruh stakeholder dalam organisasi.
2. Kebijakan dan praktek managemen SDM harus konsisten dengan etika dan nilai-nilai dan pencapaian tujuan.
3. Wewenang, tanggungjawab dan tanggungjelasan harus secara jelas didefinisikan dan konsisten dengan tujuan oerganiasi sehingga keputusan-keputusan dan pelaku-pelaku diperagakan dengan benar oleh pegawai.
4. Atmosfir kepercayaan yang tinggi harus dipelihara dan didukung oleh informasi yang mengalir antara pegawai dan kinerja mereka dalam mendukung pencapaian tujuan oeganisasi.
Capability
1. Pegawai harus memiliki pengetahuan, keahlian dan peralatan yang cukup untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.
2. Proses komunikasikan harus mendukung nilai dan pencapaian organisasi atas tujuan yang telah ditetapkan.
3. Informasi yang cukup dan relevan harus diidentifikasi dan dikomunikasikan pada saat yang tept sehingga pegawai dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
4. Tujuan dan aktivitas dari bagian yang berbeda dalam suatu organisasi harus dikoordinasikan.
5. Aktivitas pengendalian harus didesain sebagai kesatuan yang menyeluruh dari suatu organisasi dengan mempertimbangkan tujuan, risiko dan hubungan terkait antar komponen pengendalian.
1. Pegawai harus memiliki pengetahuan, keahlian dan peralatan yang cukup untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.
2. Proses komunikasikan harus mendukung nilai dan pencapaian organisasi atas tujuan yang telah ditetapkan.
3. Informasi yang cukup dan relevan harus diidentifikasi dan dikomunikasikan pada saat yang tept sehingga pegawai dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
4. Tujuan dan aktivitas dari bagian yang berbeda dalam suatu organisasi harus dikoordinasikan.
5. Aktivitas pengendalian harus didesain sebagai kesatuan yang menyeluruh dari suatu organisasi dengan mempertimbangkan tujuan, risiko dan hubungan terkait antar komponen pengendalian.
Monitoring and Learning
1. Lingkungan internal dan eksternal harus diminitor untuk memperoleh informasi sehingga tujan dan pengendalian organisasi tetap mutakhir.
2. Kinerja harus dimonitor dibandingkan dengan target dan indikator yang telah ditetapkan.
3. Asumsi yang digunakan dalam penentuan tujuan dan sistem harus secara periodik dikaji ulang.
4. Informasi yang dibutuhkan harus dikaji terus menerus sesuai dengan adanya perubahan tujuan atau adanya pelaporan yang menunjukan penyimpangan.
5. Prosedur tindaklanjut harus disusun dan dilakukan untuk menjamin bahwa perubahan dan kegiatan yang tepat dilakukan.
6. Managemen secara periodik menilai efektifitas pengendalian dan kemudian mengkomunikasikan yang tepat dilakukan.
1. Lingkungan internal dan eksternal harus diminitor untuk memperoleh informasi sehingga tujan dan pengendalian organisasi tetap mutakhir.
2. Kinerja harus dimonitor dibandingkan dengan target dan indikator yang telah ditetapkan.
3. Asumsi yang digunakan dalam penentuan tujuan dan sistem harus secara periodik dikaji ulang.
4. Informasi yang dibutuhkan harus dikaji terus menerus sesuai dengan adanya perubahan tujuan atau adanya pelaporan yang menunjukan penyimpangan.
5. Prosedur tindaklanjut harus disusun dan dilakukan untuk menjamin bahwa perubahan dan kegiatan yang tepat dilakukan.
6. Managemen secara periodik menilai efektifitas pengendalian dan kemudian mengkomunikasikan yang tepat dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar